SUMBAWA – Pemerintah Kabupaten Sumbawa, telah memetakan wilayah rawan banjir dan tanah longsor saat musim hujan. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sumbawa, mencatat ada 17 kecamatan yang dianggap rawan.
Kecamatan tersebut yakni Tarano, Empang, Plampang, Lape, Maronge, Sumbawa, Moyo Utara, Moyo Hilir, Moyo Hulu, Rhee, Lopok, Unter Iwes, Labuhan Badas, Alas, Buer, dan Kecamatan Labangka. “Yang paling rawan betul itu Tarano, Empang, Lape, Maronge, Sumbawa, Moyo Utara, Moyo Hilir dan Rhee,” ungkap Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sumbawa, Muhammad Nur Hidayat, ST, saat ditemui, Senin (15/11/2021).
Wilayah tersebut dianggap rawan karena tingginya curah hujan. Kondisi itu kembali diperparah dengan rusaknya vegetatif lahan dan banyak terjadinya alih fungsi hutan menjadi lahan jagung. “Kayu ditebang karena tanam jagung. Vegetatif lahan habis, dibakar. Saat hujan tidak ada peresapan,” ujarnya.
Untuk mengantisipasi bencana banjir dan tanah longsor, BPBD Sumbawa, telah menyiapkan langkah antisipatif. Selain melakukan pemetaan wilayah rawan, juga memastikan kesiapan peralatan hingga personil lapangan. Bahkan, BPBD juga menggandeng semua tim relawan penanggulangan bencana di Kabupaten Sumbawa.
Selain itu, BPBD juga memiliki tim komunikasi bencana yang tersebar hingga ke tingkat desa. Mereka bertugas melaporkan setiap setuasi di lapangan. “Tim radio sudah ready. Apa pun kejadian di desa, saat itu juga melaporkan kepada kami,” terangnya.
Tak hanya itu, BPBD Sumbawa juga memanfaatkan tim bersama melawan Covid untuk penanggulangan banjir dan tanah longsor. Tim yang tersebar di semua desa dan kelurahan itu akan melaporkan setiap bencana yang terjadi.
Kini baru awal musim penghujan. Puncaknya diperkirakan pada minggu ke tiga bulan Desember mendatang. Karenanya, warga diminta untuk selalu waspada. Terlebih BMKG melaporkan bahwa curah hujan tahun ini meningkat 20 persen dari tahun lalu. (PS)