iklan

Komisi IV, Siap Perjuangkan Anggaran Revitalisasi SDN Nijang Tahun 2022

SUMBAWA – Rencana revitalisasi SD Negeri Nijang, mendapat perhatian serius dari Komisi IV DPRD Kabupaten Sumbawa. Bahkan, rencana tersebut sepertinya bakal terwujud.

Kunjungan Ketua Komisi IV DPRD Sumbawa, Ismail Mustaram, SH, bersama rombongan ke sekolah yang terletak di Desa Nijang, Kecamatan Unter Iwis, Senin (01/11), mengindikasikan hal itu.

Turut hadir Sekretaris Komisi IV, M Tahir, dan sejumlah anggota komisi, Ida Rahayu, SAP, Dra Saidatul Kamila Djibril dan H Ruslan. Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Kabupaten Sumbawa, diwakili Kasi Sarana Prasana Bidang Pembinaan SD, Irhamuddin, SPd, MPd, juga ikut mendampingi rombongan komisi yang juga membidangi masalah pendidikan tersebut.

Selain berdialog dengan pihak sekolah, rombongan komisi IV juga melihat langsung kondisi bangunan sekolah.
Ketua Komisi IV, Ismail Mustaram menilai, masalah SDN Nijang sudah seharusnya mendapat perhatian serius. Sebab dari hasil pantauannya, kondisi sekolah sangat mengkhawatirkan. Letak bangunan mepet jalan raya. Bahkan sudut bagian selatan bangunan hanya berjarak sejengkal dari badan jalan Bypass.

Ketika kendaraan besar lewat, bangunan terasa seperti bergetar. “Iya, tadi saya juga merasakan ketika ada kendaraan lewat. Bangunan sekolahnya bergetar,” ucap Ismail Mustaram, saat melihat langsung kondisi sejumlah ruang kelas didampingi Kepala SDN Nijang, Masriyanti, SPd.

Sebagai komisi yang menangani masalah pendidikan, dia berjanji untuk memperjuangkan anggaran revitalisasi SDN Nijang tahun 2022. “SDN Nijang ini prioritas. Sudah kami komunikasi dengan Kadis Dikbud Sumbawa, dan Kepala Bappeda. Kita akan berjuang maksimalkan tahun 2022 nanti. Semoga tidak ada masalah anggaran,” harap Politisi Partai Persatuan Pembangunan (PPP) itu.

Baca Juga:  Dosen PIP Makasar Motifasi Siswa SMKN 1 Alas Berkiprah di Dunia Kemaritiman

Masalah SDN Nijang, sebenarnya telah menjadi perhatian komisi IV sejak lama. Bahkan, sejak bergulirnya rencana relokasi beberapa tahun lalu. Saat itu, anggaran untuk pembebasan lahan telah berhasil diperjuangkan.

Namun, dalam perjalannya menuai kendala. Lahan yang terletak di areal persawahan posisinya jauh lebih rendah. Butuh biaya besar untuk pematangan lahan. Belum lagi imbas negatif pematangan lahan terhadap lingkungan sekitar.

“Masalah SDN Nijang ini, sudah dari dulu kita dorong. Tapi karena terkendala pematangan lahan 1,5 miliar. Kalau itu terjadi (pematangan lahan), malah banjir sekitar Nijang. Jadi yang paling pas itu, revitalisasi,” tambah anggota Komisi IV, Ida Rahayu, SAP.

Politisi Partai Amanat Nasional (PAN) ini, mengaku tidak ingin masalah SDN Nijang ini berlarut-larut. Selain mengganggu aktifitas belajar mengajar, juga dikhawatirkan timbunya korban. “Sudah sekian tahun belajar dengan penuh kerisauan. Masa harus kita tunggu ada korban. Jangan sampai terjadi petaka baru bertindak. Terjadi masalah baru berbuat,” ujarnya.

Langkah revitalasi dianggapnya, sudah tepat. Komisi IV berjanji untuk memperjuangkan anggaran revitalisasi SDN Nijang di tahun 2022. “DED sudah dialokasikan di APBD Perubahan. Tahun 2022 wajib hukumnya kita anggarkan. Kalau pun tidak bisa 100 persen, separuh dulu lah seperti SDN Lempeh. Setelah pertemuan ini, kita akan adakan rapat dengar pendapat di DPR sebagai tindak lanjut. Akan kita undang Bappeda,” pungkasnya.

Baca Juga:  BOP PAUD dan BOP Kesetaraan Mulai Disalurkan Bulan April

Sebelumnya, Kepala SDN Nijang, Masriyanti, S.Pd, mengaku khawatir jika sewaktu-waktu terjadi kecelakaan, kendaraan tiba-tiba nyelonong masuk kelas.

Lokasi sekolah yang relative berbahaya itu juga kerap menjadi sorotan wali murid. Dalam setiap rapat komite, orang tua siswa kerap mempertanyakan rencana relokasi sekolah.
Tidak hanya itu.

Sarana prasarana SDN Nijang juga serba kurang. Ruang kelas belajar hanya lima. Sementara yang dibutuhkan 9 ruang kelas. Untuk menyiasati kekurangan, pihak sekolah terapkan sistem shif. Sebagian masuk pagi, sebagian siang. “Jumlah siswa 208 orang. Sembilan Rombel. Kelas yang ada hanya lima. Kurang empat kelas. Mebel juga kurang,” sebutnya. (PS)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *