SUMBAWA – Upacara adat pengangkatan Datu Rajamuda Kesultanan Sumbawa tinggal menghitung hari. Persiapan panitia kegiatan terus dimantapkan. Salah satunya adalah pemantapan Tari Intan Kalanis, yang merupakan salah satu tari klasik warisan budaya Kesultanan Sumbawa.
Enam penari perempuan terpilih untuk membawakan tarian ini. Mereka merupakan siswi dari SMA Negeri 2 Sumbawa. Para penari tampak khusyuk menggerakkan tubuh dengan gemulai dan perlahan, menghayati suara serunai dan alunan suara Dede dalam acara gladi resik yang dilaksanakan di Istana Dalam Loka, Minggu (26/5).
Dalam sejarah seni tari di Sumbawa, Intan Kalanis ini adalah tari klasik yang berkembang di Kesultanan Sumbawa pada masa pemerintahan Sultanah Syafiatuddin. Sang Sultanah kemudian dipersunting oleh Sultan Abdul Hamid dari Kesultanan Bima.
Karena peran sebagai seorang istri yang menjalankan tugas suami, Beliau pindah ke Bima dengan membawa seluruh penari, pemain musik, bahkan sampai alat musik tradisional Sumbawa yang mengiringi Tari Intan Kalanis ini. Di Bima, tari ini dikenal dengan nama Mpa’a Sumbawa yang khusus ditarikan oleh para putri Sultan atau bangsawan Kesultanan Bima.
“Saat saya berkunjung ke Bima dan mewawancarai banyak penari yang berusia tua di sana, saya dapatkan cerita ini. Ternyata kita memiliki tari klasik Kesultanan yang masih diingat di Bima,” tutur, H. Hasanuddin HD, budayawan, koreografer, dan pengkaji tari senior.
Melalui rekonstruksi hasil penelitian tentang Mpa’a Sumbawa inilah, Tari Intan Kalanis diciptakan. Tari Intan Kalanis akan ditampilkan lagi dalam momen bersejarah Pengangkatan Datu Raja Muda Kesultanan Sumbawa setelah tiga belas tahun ditarikan. Terakhir, tari ini ditampilkan pada acara Penobatan Sultan Sumbawa XVIII tahun 2011 lalu. (PS)