Oleh : Abdul Azis, S.Pd.SD
Kepala SDN Ai Puntuk Kec. Moyo Hilir
Perkembangan zaman yang terus menggeliat seiring dengan semakin maju dan canggihnya konten serta perangkat pendukung berbagai sektor pekerjaan sehingga persaingan yang semakin ketat dan permasalahan yang semakin kompleks dalam dunia kerja membuat karyawan harus terus mengasah kemampuan dirinya agar tidak kalah oleh perkembangan zaman yang dihadapi, pembinaan atau coaching adalah cara yang tepat untuk mengembangkan keterampilan dan kepribadian.
Sistem manajemen kompetensi dan training memampukan kita untuk mengidentifikasi hal mana saja yang membutuhkan pelatihan berdasarkan kebutuhan skill yang ingin dilatih. Tentunya hal ini akan lebih mempermudah coaching dalam kegiatan membina kita. Dengan ini, seseorang akan belajar untuk berpikir kritis, melihat sesuatu dari berbagai sudut pandang, serta memanfaatkan resource yang ada untuk memecahkan masalah yang membentang dihadapan kita.
Sir John Whitmore, pelopor pembinaan dan pengembangan kepemimpinan, menyatakan bahwa coaching adalah cara untuk membuka kunci potensi seseorang agar mampu memaksimalkan kinerja mereka sendiri. Pada tahapan ini seorang cpach berperan bukanlah mengajar, tetapi membantu seseorang untuk belajar. Coach yang baik percaya bahwa individu selalu mempunyai jawaban, solusi, atas masalah mereka sendiri, hanya terkadang waktu yang dilalui dalam setiap prosesnya memerlukan bantuan untuk menemukannya. Sedangkan menurut Chartered Institute of Personnel and Development (CIPD), coaching adalah kegiatan untuk meningkatkan kinerja agar menghasilkan performa yang optimal.
Pembinaan ini berfokus pada keterampilan dan tujuan yang spesifik serta bisa berdampak pada kepribadian seseorang, seperti kemampuan berinteraksi sosial atau kepercayaan diri. Pada umumnya dalam prosesnya berlangsung dalam jangka waktu tertentu atau menjadi dasar dari manajemen yang sudah ada. Sehingga pada dasarnya coaching itu dapat diartikan membantu seorang karyawan menjadi seorang pemimpin hebat,meningkatkan kinerja dan produktivitas, serta mendapatkan keterampilan danwawasan baru seputar dunia kerja. Coaching juga berfungsi menjadi sarana pendampingan untuk mencapai target, serta membantu karyawan mengatasi masalah-masalah perilaku yang mereka hadapi. Sebagai kegiatan yang melibatkan orang yang berpengalaman (coach) membantu orang yang belajar (coachee) dalam mengembangkan keterampilan dan kepribadiannya untuk meraih kesuksesan. Berikut penulis sedikit menguraikan perbedaan antara Coaching dan metode lainnya. Selain coaching, ada beberapa metode untuk mengasah potensi diri. Lalu, apa yang membuat coaching berbeda? Berikut adalah perbedaannya dengan metode lain:
1.Teaching
Teaching dilakukan oleh seseorang yang telah terbukti ahli dalam bidangnya, contohnya guru yang telah memperoleh gelar sarjana pendidikan. Walaupun terkadang guru mengajar dengan interaktif seperti coaching, ada kesenjangan ilmu dan pengetahuan yang lebih jelas. Oleh karena itu berbagai pihak menganggap guru mengetahui “jawaban yang benar”.
2.Mentoring
Mentoring bisa dilakukan atas inistiatif perusahaan, maupun individu (karyawan). Adamanajemen perusahaan yang rutin memasangkan karyawan senior tertentu di perusahaandengan karyawan yang lebih junior untuk memberikan bimbingan karir. Ada juga karyawanyang dengan kesadaran sendiri meminta ijin dan kesediaan seniornya untuk mengajarkanpengetahuan dan pengalamannya di bidang tertentu.
3. Counselling
Konseling lebih berkaitan dengan intervensi terapeutik. Tujuannya adalah membantu seseorang untuk menyelesaikan urusan masa lalu dan sembuh dari luka lama agar bisa move on dan melanjutkan hidup seperti biasa.
4. Consulting
Sebagian besar masyarakat menganggap konsultan sebagai ahli yang dapat menganalisis masalah dan memberikan solusi. Sementara itu, dalam coaching, individu dianggap mampu untuk memecahkan masalahnya sendiri. Coach bertugas untuk membimbing, tetapi coachee tetap harus berjalan mandiri.
Prinsip Coaching
Agar coaching berjalan efektif dan menghasilkan individu yang lebih baik dari sebelumnya, ada beberapa prinsip yang harus diterapkan, antara lain:
1. Kenali orang yang akan Anda bina
Anda harus menyadari bahwa setiap orang membutuhkan perhatian dan pendekatan yang berbeda saat pembinaan. Sebagian orang mungkin bersifat pemalu dan butuh bantuan untuk meningkatkan kepercayaan dirinya, sedangkan sebagian orang lainnya mungkin tidak suka basa-basi dan senang diberi kritik yang membangun. Anda tidak bisa memperlakukan kedua kelompok tersebut dengan cara yang sama. Untuk mengetahui pendekatan yang tepat, Anda harus mengenal coachee Anda, seperti cara belajarnya, tipe kepribadiannya, serta kelebihan dan kekurangannya.
2. Pelajari berbagai cara untuk coaching
Setelah mengenali coachee Anda secara personal, Anda harus menggunakan metode coaching yang sesuai dengan kepribadiannya agar tepat sasaran. Tugas Anda adalah mencari, mempelajari, dan menguasai berbagai teknik coaching serta pemberian feedback yang efektif.
3. Jangan hanya menganggap coaching sebagai kewajiban
Hasil coaching tidak akan langsung terlihat dalam satu hari. Butuh waktu yang lama dan kesabaran yang tinggi sampai terlihat perubahan yang signifikan pada coachee. Hal ini dapat membuat coaching dipandang sebagai sesuatu yang rutin, membosankan, dan harus diselesaikan secepat mungkin. Jika Anda tujuan Anda semata-mata ingin mencapai target jumlah coaching yang terlaksana, misalnya dua sesi dalam satu minggu, mungkin Anda bisa memenuhinya dengan mudah. Namun, inti kegiatannya malah hilang, yaitu membantu orang lain untuk meningkatkan kinerjanya. Jadi, Anda harus punya tekad dan alasan yang kuat untuk melakukan coaching.
4. Utamakan self-discovery
Seorang coach harus mampu memfasilitasi diskusi secara efektif untuk menggali informasi dan masukan dari orang yang dibina. Mendorong coachee untuk mencoba dan mencari solusi dari suatu masalah akan berdampak lebih besar terhadap perkembangan mereka daripada langsung memberitahu jawabannya. Namun, di saat yang sama, jangan telantarkan coachee Anda. Jika mereka kebingungan dan membutuhkan bantuan, segera bimbing ke arah yang benar.
5. Beri perhatian penuh dan arahan yang baik
Menjadi seorang coach berarti Anda harus memastikan coachee bisa melakukan tugas tertentu sesuai kemampuan mereka. Mereka tidak hanya butuh dorongan, walaupun itu penting. Memberitahu seseorang bahwa pekerjaan mereka baik atau buruk saja, tanpa perlakuan lain, sebenarnya tidak akan membantu secara signifikan. Berikan juga arahan yang spesifik dan tidak ambigu. Selain itu, Anda harus memberikan perhatian penuh kepada orang yang Anda bina saat coaching. Jika tidak, maka Anda berisiko melewatkan hal penting dan terlihat tidak sopan.
6. Ubah perspektif
Kadang seseorang merasa kesulitan untuk berempati dengan keadaan orang lain. Hal ini terjadi karena mereka belum pernah mengalaminya sendiri. Jadi, penting untuk fokus kepada sesuatu yang relatable dengan orang yang Anda bina. Contohnya, ajukan pertanyaan seperti “Jika Anda berada di posisi pelanggan yang sudah mengantri berjam-jam, apa yang Anda rasakan ketika customer service tidak melayani Anda dengan baik?” atau “Jika Anda berada adalah pelayan di restoran, apa yang Anda rasakan ketika pengunjung membentak Anda di hadapan banyak orang karena sesuatu yang sebenarnya bukan kesalahan Anda?”. Kuncinya, berikan skenario yang dapat menyentuh hati dan pikiran coachee Anda.
7. Jaga agar tetap sederhana
Ketika Anda membina seseorang, mungkin ada puluhan topik yang ingin Anda bahas atau puluhan tugas yang ingin Anda berikan sebagai bagian dari coaching. Satu hal yang harus Anda ingat adalah setiap manusia memiliki kapasitas tertentu. Jangan lakukan terlalu banyak hal dalam satu waktu karena itu akan membuat coachee merasa bingung dan kewalahan. Lebih baik Anda membuat mereka fokus ke satu atau dua hal yang memiliki dampak yang signifikan terhadap kinerja mereka.
Sebelum melakukan coaching kita harus dapat mengenal dan mengetahui tanda-tanda Seseorang Membutuhkan Coach?
Menurut ex-CEO Microsoft Bill Gates dan ex-CEO Google Eric Schmidt, setiap orang yang ingin meraih kesuksesan dan menjadi pribadi yang lebih baik pasti membutuhkan coach. Memperoleh feedback dari orang tua, teman, pasangan, ataupun orang terdekat bersifat subjektif. Padahal, seseorang juga membutuhkan feedback yang objektif. Di sinilah coach berperan untuk memberikan umpan balik yang berkualitas dan mendorong individu agar terus berpikir maju untuk mengejar target.
Jika seseorang mengalami lebih dari satu situasi di bawah ini, maka kemungkinan besar coaching adalah solusi yang tepat. (*)