SUMBAWA – UPT Museum Daerah Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Kabupaten Sumbawa, menggelar Sosialisasi Pemanfaatan Museum dan Kajian Koleksi Museum, Senin (25/7). Kegiatan ini dilakukan dalam upaya menjadikan Museum Daerah sebagai sarana edukasi dan entertainment (Edutainment).
Kegiatan yang diikuti puluhan kepala sekolah ini menghadirkan narasumber dari Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti), praktisi kebudayaan serta budayawan asal Kabupaten Sumbawa.
Dipandu Yuli Andari Merdikaningtyas selaku moderator yang juga Ketua Yayasan Datu Ranga Abdul Madjid Daeng Matutu, sosialisasi berlangsung dinamis. Para peserta antusias untuk menyampaikan berbagai pertanyaan maupun harapan.
“Ada dua materi yang disampaikan narasumber dalam pertemuan ini. Sosialisasi pemanfaatan museum dan kajian,” ungkap Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Kabupaten Sumbawa, diwakili Kabid Kebudayaan, Sutan Syahril, S.Sos.
Ia menjelaskan, sosialisasi ini bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada peserta tentang museum yang pemanfaatannya dihajatkan sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2015. “Ada beberapa tugas museum seperti bidang pendidikan, pendidikan dan entertaint. Jangan sampai ada stigma museum itu kuno,” kata Sutan Syahril.
Kepala sekolah sengaja dipilih sebagai peserta lanjutnya, karena dalam kurikulum merdeka terdapat 6 dimensi. Salah satunya ada kebhinekaan global yang masuk dalam elemen mengenal dan menghargai budaya, dan subelemennya mendalami budaya dan identitas budaya.
“Sengaja kami undang kepala sekolah, supaya setelah kegiatan ini berakhir ada refrensi saat sekolah membuat projek P5. Nanti bisa ambil tema kearifan lokal,” ujarnya.
Yeni Asmawati dari Kemenristekdikti, dalam pemaparannya menyampaikan museum bisa dijadikan sarana edukasi dan entertaint. Sehingga, keberadaannya bukan hanya untuk tempat belajar bagi anak sekolah, guru dan kepala sekolah, tapi juga untuk masyarakat umum.
Untuk itu, pengenalan anak didik terhadap museum sangat penting. Karena di museum bisa menjadi sumber pendidikan terkait kebudayaan. “Anak-anak harus kita kenalkan dengan museum. Guru di sekolah juga harus ada yang mengajarkan tentang muatan lokal,” tandasnya.
Khusus Museum Daerah Sumbawa, Yeni menyarankan untuk lebih meningkatkan pelayanan publik. Itu dilakukan untuk menambah angka kunjungan. “Banyak cara bisa dilakukan untuk meningkatkan kunjungan ke museum ini. Bisa dengan menambah koleksi benda, kerjasama dengan sanggar tari, komunitas teater, serta lainnya. Intinya bagaimana caranya kita menarik minat untuk orang mau datang ke museum. Selain itu kepala sekokah juga harus bisa mengangkat anak-anak sekolah dibidang budaya. Bukan hanya eksak. Kita harus bisa gali potensi anak didik disekitar kita tentang budaya,” imbuhnya.
Sementara itu, Praktisi Kebudayaan, Serius Zibua, memberikan pemaparan terkait pemanfaatan museum dimata milenial. Menurutnya, datang ke museum bukan hanya sekedar melihat benda sejarah, tapi bisa sebagai pusat edukasi. “Sejauh ini belum sadar masyarakat terhadap museum sebagai pusat edukasi. Museum bisa dikemas secara luar biasa, biar orang yang luar biasa juga mau datang. Perlu buat pojok literasi di museum. Sediakan buku dongeng yang isinya gampang dimengerti oleh anak,” sarannya.
Dengan penataan museum yang lebih baik, dinilai bisa mengajarkan anak zaman sekarang untuk mau datang ke museum. “Bisa dibuat ruang teater, ruang menyalurkan bakat. Ini bisa jadi terobosan di museum. Supaya tercapai museum sebagai tempat yang mengedukasi. Yang perlu dilakukan, buat pengkajian, buat program, buat hubungan dalam menjalankan program, dan lainnya. Sehingga fungsi museum tidak hanya sebagai tempat menyimpan barang-barang, tapi juga bisa menjadi tempat pembelajaran dan rekreasi,” tuturnya.
Di tempat yang sama, Aries Zulkaenaen menegaskan, keberadaan museum jangan disalahartikan dengan hal-hal yang tua dan tidak berfungsi. Karena museum saat ini bisa dijadikan sebagai tempat belajar bagi semua kalangan. “Tidak semua benda tua, benda jelek, benda tidak manfaat harus masuk museum. Itu harus kita kaji, lihat dari bentuknya, itu benda apa, sejarahnya apa. Ngapain masuk museum kalau tidak ada sejarah. Juga harus ada unsur budayanya,” tegasnya.
Ia mengungkapkan, ada tiga nilai yang bisa masuk dalam museum, yakni nilai sejarah, nilai estetika dan nilai budaya. “Yang kita liat di museum ini semua belum lengkap, belum sempurna. Benda-benda ini (di Museum) masih ada yang bisa dipakai bahkan bisa dibuat. Perlu ditata ulang museum ini menurut bidangnya masing-masing,” pungkasnya. (PS)