SUMBAWA – Penanaman nilai pendidikan karakter menjadi perhatian serius di SMP Negeri 2 Moyo Hilir. Ini dikarenakan etika, adap dan sopan santun di kalangan pelajar di sekolah bersangkutan mulai pudar.
Hal itu akui Kepala SMPN 2 Moyo Hilir, Surya Wirawan, S.Pd. “Pantauan saya selama kurang lebih 7 bulan menjabat kepala sekolah di sini, masalah kesopanan, rasa hormat mulai luntur,” ungkap Surya Wirawan, saat ditemui di sekolahnya, Kamis (21/7).
Kondisi ini menurutnya, kembali diperparah dengan minimnya kesadaran orang tua wali. Bahkan pernah ada kasus oknum orang tua datang ke sekolah marah-marah lantaran tak terima anaknya diberikan pembinaan oleh guru.
Mantan Kepala SMPN 3 Moyo Hilir ini menegaskan, hal semacam itu tak boleh terulang lagi. Sosialisasi kepada orang tua akan terus digencarkan, dan penguatan pendidikan karakter juga harus terus dilakukan.
Pendidikan karakter perlu untuk membentuk karakter, mental dan moralitas siswa. Namun ia menyadari hal itu memang tidak mudah. Dibutuhkan kerjasama semua pihak, khususnya orang tua.
Hal senada juga disampaikan Ketua Komite SMPN 2 Moyo Hilir, Syahrun. Khusus masalah karakter ini kata dia, telah dibahas dalam rapat komite yang digelar pada Kamis (20/7) pagi dan dihadiri juga orang tua wali, Babinsa dan Babinkamtibmas setempat.
Dalam rapat tersebut ia menekankan agar orang tidak mendengar sepihak (dari anak) ketika ada kasus. Melainkan konfirmasi ke sekolah, duduk bersama guna mencari solusi atas masalah yang terjadi.
Selain itu, rapat komite juga melahirkan kesepakatan, siswa tidak boleh membawa hp ke sekolah. Mengedepankan etika dan sopan satun saat sedang berada di lingkungan sekolah.
“Saling menghargai itu yang paling penting. Kalau ada masalah tidak boleh menerima sepihak informasi dari anak. Mari kita duduk bersama,” tandasnya.
Sementara itu, Kepala Seksi Kurikulum dan Peserta Didik Bidang SMP Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Sumbawa Salahuddin berharap, sekolah dan orang bergandengan tangan. Terutama dalam mewujudkan visi misi sekolah serta menegakkan tata tertib.
Dia juga menyinggung sikap oknum orang tua yang selalu menyalahkan guru saat terjadi masalah. Padahal tidak sedikit masalah yang disebabkan oleh murid itu sendiri. Sehingga timbul kemungkinan murid dicubit atau pun dijewer.
”Muncul kemungkinan ada anak yang dicubit, dijewer, kan pasti ada sesuatu toh. Jadi jangan langsung datang ke sekolah marah-marah. Karena ada di beberapa tempat yang orang tuanya terlalu agresif seperti itu,” ujarnya.
Babinsa setempat Rudianto juga mengingatkan kepada para orang tua untuk dapat bekerjasama dalam memajukan pendidikan Sumbawa. Sebab pendidikan bukan hanya tanggung jawab pemerintah. Tapi juga masyarakat, terutama orang tua.
”Kepada orang tua harus bisa memahami. Pendidikan ini tanggung jawab kita bersama,” kata Rudi yang diiyakan Babinkamtibmas setempat, Mulyadi. (PS)