SUMBAWA – Pemerintah Daerah Kabupaten Sumbawa, tahun 2022 ini hanya mengalokasikan anggaran sebesar Rp 200.000,- untuk pengembangan Museum Daerah. Angka ini tentu sangat tidak realistis.
Kabid Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Kabupaten Sumbawa, Sutan Syahril, S.Sos, yang dikonfirmasi mengenai anggaran tahunan dari APBD Sumbawa Tahun 2022, tidak membantahnya. “Iya. Dari APDB tahun 2022 ini untuk Museum Daerah anggarannya hanya 200 ribu per tahun,” ujar Sutan Syahril, saat ditemui di Museum Daerah, Senin (25/7).
Anggaran tetsebut menurutnya, hanya bisa digunakan untuk membeli Alat Tulis Kantor (ATK). Itu pun sangat terbatas.
Untuk dapat melaksanakan kegiatan selama ini, salah satunya Sosialisasi Pemanfaatan Museum Daerah dan Seminar Kajian Koleksi Museum, dengan mendatangkan narasumber dari pusat, ungkap Sutan, semua menggunakan Dana Alokasi Khusus (DAK) Dirjen Kebudayaan Kemendikbudristek. “Itupun narasumber pusat datang menggunakan biaya sendiri. Ini saking pedulinya dengan Museum Sumbawa,” ungkapnya.
Sutan mengaku tidak mengetahui usulan dana Museum Daerah ke APBD Sumbawa. Sebab dirinya masuk ketika dana itu sudah diketok. “Jadi saya hanya menjalankan program yang sudah dibuat. Ya sudah, kita jalani saja,” kata dia.
Karena sudah resiko tugas, lanjut Sutan, pihaknya harus menggelar Lomba Cerdas Cermat (LCC) Museum Daerah yang rutin dilaksanakan setiap tahun. Mulai dari tingkat kabupaten lanjut ke seleksi Pulau Sumbawa, hingga mengirim peserta ke tingkat Propinsi NTB.
Mengingat tidak tersedianya dana, terpaksa LCC tersebut dibiayai oleh sekolah sebagai peserta LCC. Tidak heran, jika peserta LCC tidak banyak seperti tahun-tahun sebelumnya. Dari 107 SMP di Sumbawa termasuk swasta, yang mengikuti lomba tahun ini hanya 8 SMP. “Karena lomba ini sudah rutin, mau tidak mau harus kami gelar, bagaimana pun caranya, meski tidak ada dana,” tandasnya.
Namun Ia tetap berharap tahun depan dukungan dari Pemda lebih maksimal, karena banyak kegiatan dalam mendukung pengembangan museum yang harus dilaksanakan. Tak hanya itu, banyak juga kegiatan fisik yang mendesak untuk direalisasikan yang tidak diakomodir dana DAK.
“Minimal kami butuh dana 100 juta, untuk membuat Museum Daerah ini hidup dan tidak di-stigma sebagai tempat angker dan buangan,” pungkasnya. (PS)