SUMBAWA – Hasil identifikasi Yayasan Plan Internasional Indonensia (Plan Indonesia), melalui proyek Water for Women (WfW) di Kabupaten Sumbawa, terungkap bahwa pengelolaan sumber daya air semakin menantang. Itu disebabkan makin meningkatnya kebutuhan air untuk berbagai aspek kehidupan. Namun, justru bertentangan dengan variabilitas iklim ekstrem yang menyebabkan kekeringan diberbagai daerah. Seperti yang melanda Kabupaten Sumbawa, Bima dan Kota Bima, contohnya. Menurut Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), total ada 38 kecamatan dan 116.440 jiwa yang terdampak kekeringan di tiga wilayah tersebut pada pertengahan 2021 lalu.
Untuk menjawab tantangan ini, sejak awal tahun 2000-an Pemerintah Indonesia, telah berupaya untuk mengadopsi Pengelolaan Air Terpadu atau Integrated Water Management (IWM). Pola ini membawa pendekatan sistem yang luas untuk pengelolaan sumber daya air dan lahan.
Plan Indoesia pun lantas membentuk kolaborasi riset aksi IWM dengan Plan International Australia dan Monash Sustainable Development Institute (MSDI), terafiliasi dengan Monash University Australia. Kolaborasi ini bertujuan untuk mengeksplorasi peluang pelaksanaan IWM di Kabupaten Sumbawa. Kolaborasi ini diharapkan dapat mendukung pelaksanaan program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat yang Berkesetaraan Gender dan Inklusi Sosial (STBM GESI) yang sejak tahun 2018 telah dilaksanakan oleh Plan Indonesia di Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat dan Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur.
Riset Aksi IWM yang dilaksanakan di Kabupaten Sumbawa ini menerapkan pendekatan GESI untuk memperkuat upaya perencanaan air yang adil dan inklusif. Riset ini recananya dilaksanakan hingga Agustus 2022 mendatang.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan hasil yang berkelanjutan, bahkan setelah periode proyek WfW, termasuk forum IWM skala kabupaten yang fungsional dan inklusif, komitmen formal pemerintah kabupaten terhadap IWM, pemangku kepentingan IWM dan anggota tim Plan Indonesia telah meningkatkan pengetahuan dan keterampilan IWM untuk perencanaan dan pengembangan IWM, serta perempuan, penyandang disabilitas, dan masyarakat adat telah meningkatkan lembaga untuk mengadvokasi hak-hak WASH mereka di forum pemangku kepentingan.
Peran pemangku kepentingan juga telah dipetakan baik dari wewenang pusat maupun daerah untuk pelaksanaan IWM yang setara dan inklusif di Kabupaten Sumbawa. Mereka telah berkomitmen agar hasil dari Riset Aksi ini betul–betul dapat membawa perubahan untuk manajemen air yang lebih terpadu melalui dukungan program pendanaan dan regulasi pendukung.
Dukungan terhadap riset aksi IWM ini disampaikan langsung Wakil Bupati Sumbawa, Dewi Noviany, S.Pd, M.Pd. “Pemerintah mendukung pelaksanaan Riset Aksi Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu, yang dilaksanakan di Kabupaten Sumbawa,” ujarnya.
Wakil Bupati, yang biasa disapa Novi ini, berharap forum lintas sektor yang akan terbentuk dapat membantu sinergisasi program-program yang ada. Pemda lanjutnya, juga siap mendukung melalui regulasi dan pendanaan untuk manajemen air yang lebih setara dan inklusif di Kabupaten Sumbawa.
Upaya ini menurutnya, membutuhkan komitmen tokoh-tokoh kunci di Kabuputen Sumbawa, untuk mendukung pelaksanaan IWM yang inklusif, sehingga dapat memberikan akses air yang universal bagi seluruh masyarakat di Sumbawa.
Tentang Proyek Water for Women (WfW)
Dengan semangat SDGs dalam tujuan ke 6, yakni sanitasi bagi semua dan target pemerintah Indonesia untuk akses air dan sanitasi yang universal, melalui dukungan pemerintah Australia, Plan Indonesia berupaya untuk menjamin akses sanitasi yang setara dan berkelanjutan bagi semua pihak melalui proyek WfW. Keberpihakan bagi seluruh kelompok marginal adalah pesan utama dalam SDGs tujuan ke 6 sebagai bahan pembelajaran dari MDGs yang lebih fokus pada peningkatan akses tetapi kurang memperhatikan akses kelompok marginal, sehingga terjadinya ketidak setaraan akses sanitasi. Selain itu, upaya peningkatan akses sanitasi ini juga akan mendukung upaya pemerintah dalam mengurangi angka stunting atau masalah gagal tumbuh anak. Ini juga sesuai dengan mandat SDGs tujuan ke 3, yakni memastikan kehidupan yang sehat dan mendukung kesejahteraan bagi semua untuk semua usia.
Tentang Yayasan Plan International Indonesia (Plan Indonesia)
Plan International telah bekerja di Indonesia sejak 1969 dan resmi menjadi Yayasan Plan International Indonesia (Plan Indonesia) pada 2017. Kami bekerja untuk memperjuangkan pemenuhan hak anak dan kesetaraan bagi anak perempuan. Bersama kelompok dan jejaring kaum muda, kami bekerja untuk memastikan partisipasi kaum muda yang bermakna dalam pengambilan keputusan yang berdampak pada pemenuhan hak anak dan kesetaraan bagi anak perempuan. Kami juga memobilisasi sumber daya dengan mitra, seperti sektor swasta, lembaga donor, yayasan filantropi, dan donatur individu, untuk memberi dampak lebih luas bagi anak-anak Indonesia.
Plan Indonesia mengimplementasikan aktivitasnya melalui empat buah program, yaitu Perlindungan dan Tumbuh Kembang Anak, Kesehatan Seksual dan Reproduksi Remaja, Keterampilan dan Kesempatan untuk Pemberdayaan Ekonomi Kaum Muda, serta Ketangguhan dan Kemanusiaan. Kami bekerja di 7 provinsi, termasuk di Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara, DKI Jakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Barat, dengan target untuk memberdayakan 1 juta anak-anak perempuan. Plan Indonesia juga membina 36 ribu anak di Nusa Tenggara Timur. (*)