iklan

MotoGP di Lombok, Sumbawa Harus Punya Event Pacuan Kuda Internasional

Oleh : Heri Kurniawansyah HS
(Dosen FISIPOL UNSA)

Implikasi positif tentang eksistensi MotoGP di Mandalika Lombok jelas akan membawa beragam efek pada kemajuan NTB, dan tentunya Lombok secara khusus. Ini adalah event dunia yang untuk pertama kalinya terlaksana di Indonesia, dan Lombok adalah wilayah yang menjadi pilihan Indonesia. Ini benar-benar menakjubkan, sorotan kamera internasional akan tertuju ke NTB, khususnya ke Lombok. Bisa dibayangkan bagaimana implikasi event ini dari berbagai perspektif, terutama ekonomi. Lalu, riak-riak lain tentang eksistensi motoGP itu juga tidak luput dari perbincangan publik, khususnya bagi wilayah yang berada di pulau Sumbawa.

Masyarakat sumbawa mulai mengkhawatirkan apa efek konkrit adanya event dunia tersebut bagi Sumbawa. Wajar saja muncul berbagai argumentasi terebut, sebab jangan sampai event dunia yang begitu populer dan dinantikan selama ini, hanya berimplikasi pada wilayah Lombok saja, padahal ada nama NTB yang selalu dikampanyekan dalam ranah itu.
Untuk menganalisis secara scientific kewajaran berbagai kekhawatrian masyarakat Sumbawa tentang efek domino adanya event dunia tersebut bagi pulau Sumbawa sebenarnya cukup mudah. Kita cukup melihatnya dari tiga aspek, yaitu aspek sejarah dan pengalaman, aspek tata kelola dan manajerial pariwisata NTB, serta karakteristik pelancong/penikmat wisata internasional.

1. Dari aspek sejarah dan pengalaman pariwisata NTB : NTB merupakan salah satu wilayah pariwisata terfavorit di Indonesia setelah Bali. Tamu-tamu internasional tidak berkesudahan datang menikmati tanah NTB, bahkan NTB dikenal sebagai destinasi wisata halal terbesar di Indonesia. Namun, pertanyaannya adalah, NTB yang dimaksud dalam hal ini wilayah mana saja?, jawabannya cuma satu, yaitu Lombok. Jadi meskipun tidak ada event internasional sekelas MotoGP sekalipun, NTB masih tetap sebagai salah satu daerah wisata terfavorit setelah Bali. Meskipun demikian, Sumbawa sebagai salah satu wilayah di NTB belum kecipratan implikasi wisata yang dimaksud. Sejarah dan pengalaman ini memberikan gambaran bahwa wajar jika masyarakat sumbawa khawatir akan nihilnya implikasi MotoGP bagi Sumbawa, seperti yang tergambar dari berbagai dinamika, proses, dan pengalaman pariwisata NTB sebelumnya.

2. Dari sisi tata kelola dan manajerial pariwisata NTB : kesenjangan kondisi pariwisata Lombok dan Sumbawa begitu menganga, para pelancong yang datang ke NTB cukup berhenti sampai di Lombok saja, tidak ada kemasifan yang datang ke Sumbawa. Hal tersebut terjadi lantaran tidak adanya konektivitas pariwisata antara dua pulau yang ada di NTB tersebut. Selain itu, terdapat semacam nir-integrasi manajemen dan tata kelola antara berbagai wilayah di NTB khususnya mengenai pariwisata. Warga dunia yang ingin ke Bali, jelas memiliki program atau paket integrasi untuk ke Lombok. Contoh lainnya adalah mengapa danau Toba dan destinasi lainnya di luar Bali dan Jawa begitu ramai, padahal wilayah tersebut jauh dari destinasi sentral wisata Indonesia, karena mereka memiliki satelit/jaringan integrasi antara wilayah satu dengan lainnya. Sementara Sumbawa terputus pada aspek tersebut. Pada aspek ini juga menjadi determinasi tingkat kekhawatiran masyarakat Sumbawa akan nihilnhya implikasi event dunia tersebut bagi pulau Sumbawa.

3. Karakteristik Pelancong (Turis) Internasional : masyarakat dunia yang ingin berwisata, terutama dari wilayah barat dunia ini merupakan tipe manusia disiplin, memiliki perencanaan yang jelas, dan gerakannya memiliki deadline waktu. Sehingga dalam mereka melakukan berbagai perjalanan wisata ke negara orang, mereka sangat disiplin dengan waktu, agendanya terencana, serta memiliki limit waktu sebelum mereka kembali ke negaranya masing-masing. Aspek-aspek tersebut baru bisa terlaksana ketika akses menuju destinasi wisata sangat memadai dan terintegrasi dengan sentral wisata lainnya. Destinasi wisata Sumbawa gagal dalam aspek ini, sehingga sangat wajar ketika para pelancong yang begitu ramai ke Bali dan Lombok, namun tidak nyampai ke Sumbawa.

Baca Juga:  Menjaga Kesehatan Dari Kebersihan Lingkungan Rumah 

Penulis menyakini bahwa dinamika yang demikian juga akan terjadi dengan event MotoGP bagi Sumbawa, para pendatang hanya akan berhenti sampai di Lombok saja.
Tiga faktor diatas seakan mendorong dan menguatkan kita untuk melakukan terobosan lain di luar event dunia yang populer tersebut dengan level yang sama agar memiliki dampak yang sama dengan Lombok. Artinya tidak ada pilihan lain selain Sumbawa juga mengadakan event yang memiliki tingkat jangkauan yang sama (internasional) dengan konten dan obyek yang berbeda. Namun disisi lain, kita tentu menyadari bahwa mengadakan event internasional yang rutin di wilayah sekelas kabupaten tentu tidak mudah, dan butuh energi yang sangat ekstra untuk melakukannya.

Maka strategi kedepannaya adalah event internasional yang akan dilaksanakan tersebut tidak perlu menyaingi levelnya MotoGP di Lombok, melainkan bisa dialihkan pada opsi yang lebih murah, namun memiliki dampak yang sama. Lalu apa event internasional yang murah dan memiliki dampak yang sangat konstrukitf bagi pembangunan Sumbawa ?, jawabannya adalah event pacuan kuda internasional. Mengapa event tersebut?, perhatikan analisis dari berbagai aspek di bawah ini :

1. Dari aspek infrastruktur : jika kita mampu mengadakan event sekelas motoGP yang sebelumnya infastrukturnya memang belum ada dan bahkan sangat mahal saja bisa kita laksanakan, masa kita tidak mampu melaksanakan sebuah event internasional yang arenanya memang sudah ada, dan terlebih pemilik arenanya adalah gubernur itu sendiri.

Ini menunjukan adanya kemudahan kita dalam melaksanakan event internasional tersebut. Gerakan ini jauh lebih murah dan mudah dibandingkan dengan MotoGP, baik dari sisi infrastruktur, operasional, dan yang lainnya. Gerakan selanjutnya tinggal bagaimana penguatan infrastruktur eksternalnya saja, dimana pelaksanaannya bisa sharing dengan para investor (privat sektor), itupun akan memiliki dampak yang sangat sustainable bagi iklim investasi dan pembangunan Sumbawa kedepan.

2. Dari aspek agenda internasional : bahwa pacuan kuda juga merupakan bagian dari olaharga internasional, bukan lokal saja. Aspek ini menunjukan adanya kemudahan event tersebut diterima oleh masyarakat intternasional, sekaligus agenda ini mempermudah promosi pada dunia internasional tentang Sumbawa sebagai lokasi dilaksanakannya event tersebut, sama halnya seperti Lombok dengan MotoGP nya.

3. Dari aspek sejarah dan budaya : Kuda juga merupakan salah satu hewan yang menjadi ikon Sumbawa. Pokoknya jika ada hal-hal yang berkaitan dengan kuda secara nasional, Sumbawa selalu disebutkan, sehingga sering kita dengar ada istilah “kuda sumbawa, susu kuda liar, dan seterusnya”. Kuda sumbawa merupakan satu rumpun kuda lokal Indonesia yang mempunayi sebaran asli geografis di pulau Sumbawa. Selain itu, kuda Sumbawa juga dikenal dengan sebagai kuda sandelwood pony yang merupakan kuda pacu asli Indonesia.

Baca Juga:  Pertarungan Para Doktor, Kemana Arah Pilihan Politik Pemilih Muda?   

Sejarah dan budaya mencatat bahwa Kuda sudah menjadi hewan multi fungsi di Sumbawa sejak nenek moyang kita, baik digunakan untuk alat transportasi dari tempat satu ke tempat lainnya, dipakai untuk bertani, sebagai instrument penting saat perang jaman kerajaan (kuda perang), dan bahkan untuk permainan rakyat melalui pacuan kudanya. Saking resminya, Sumbawa dari dulu sudah memiliki arena pacuan kuda yang secara resmi dibuat oleh pemerintah. Itu membuktikan bahwa pacuan kuda merupakan aspek budaya Tana Samawa yang dari dulu sampai sekarang tidak pernah luntur.

Kampanyenya pun bahkan lewat lagu-lagu Sumbawa dengan lirik-lirik indah dan lucunya. Sehingga pacuan kuda dijadikan sebagai agenda rutin masyarakat Sumbawa dari dulu sampai sekarang. Tidak heran urusan pacuan kuda sudah menjadi hobi sebagian masyarakat Sumbawa. Nah mengapa levelnya tidak kita naikkan pada level internasional, mumpung motoGP ada di wilayah sebelah (Lombok), agar efeknya sama-sama kita gapai.

4. Dari aspek lokasi dan investasi ; Lokasi arena pacua kuda Sumbawa yang sedang populer saat ini berada di desa Penyaring, yang merupakan salah satu lintasan area jalan Samota yang saat ini sedang dikembangkan sebagai wilayah pariwisata Sumbawa, bahkan area tersebut dikenal sebagai cagar biosfer dunia. Kawasan Samota ini diniatkan kedepannya adalah sebagai area yang dipenuhi oleh hotel-hotel berkelas, sehingga membutuhkan banyak investor dalam menumbuhkembangkan investasi di wilayah tersebut.

Jika event pacuan kuda internasional bisa dilaksanakan di Sumbawa, terlebih lokasinya di wilayah Kawasan Samota juga, maka aspek ini menjadi faktor penting dalam mendorong iklim invenstasi secara efektif dan efisien. Ini menakjubkan bagi Sumbawa. Sehingga kedepannya, tidak hanya karena ada momen pacua kuda saja Sumbawa akan ramai, di luar agenda tersebut pun Sumbawa akan menjadi destinasi unggul, serta Sumbawa juga akan dengan mudah mengadakan berbagai event pada level nasional maupun internasional lainnnya, sebab input infrastrukturnya sudah ada dan memadai, yang dimana selama ini infastruktur yang tidak memadai selalu menjadi faktor utama penghalang tumbuh kembangnya pariwisata di Sumbawa. Begitulah alur pikir jangka panjangnya. Ketika event tersebut bisa dilaksanakan, maka sudah barang tentu pariwisata Sumbawa akan menggeliat layaknya Lombok dengan MotoGP nya.

Pembangunan yang sifnifikan tidak akan tercipta manakala input anggarannya sangat rendah, sementara input anggaran dan pembiayaan bisa kita naikkan manakala iklim investasi dan perputaran uang di Sumbawa cukup baik dan memadai, maka salah satu cara untuk menaikkan iklim investasi dan perputaran uang di Sumbawa adalah melalui event internasional. Baru setelah itu akan tercipta equity growth di Sumbawa sesuai dengan semangat dan orientasi otonomi daerah yang selama ini kita cari. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *