iklan

Arti Penting Sektor Pertanian Dalam Pemulihan Ekonomi Pasca Corona

Pandemi corona yang turut melanda Indonesia tentu memperlemah kondisi perekonomian Indonesia. Pandemi membuat pemerintah harus melindungi seluruh sektor ekonomi nasional.

Perlambatan ekonomi sebagai imbas pandemi Covid-19 bisa memunculkan kemiskinan. Bahkan, Indonesia bisa mengalami pertambahan angka penduduk miskin mencapai 130 juta jiwa dari total jumlah penduduk akibat corona.

Pandemi Covid-19 berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi nasional yang mengalami perlambatan dan penurunan penerimaan negara, peningkatan belanja negara, nilai tukar rupiah, dan industri jasa keuangan.

Di tengah pandemi covid-19 yang melemahkan ekonomi dan juga kinerja ekspor secara nasional, sektor pertanian justru menjadi satu-satunya yang mengalami kenaikan.
Pemerintah sangat memahami pandemi covid-19 berdampak besar pada tatanan pembangunan pertanian nasional, terutama terhadap petani sebagai pelaku utama pembangunan pertanian.

Sebagai bentuk keberpihakan kepada petani, anggaran pendapatan belanja negara (ABPN) di sektor pertanian difokuskan untuk memberikan insentif dan bantuan bagi petani dalam berproduksi, baik dalam bentuk bantuan alat dan mesin pertanian (alsintan), benih, maupun pupuk.

Selain itu, ada upaya meningkatkan kesejahteraan petani melalui pengembangan e-commerce untuk mempercepat penyerapan produk petani dan sekaligus memudahkan masyarakat mengakses pangan.

Tim peneliti Intitut Pertanian Bogor (IPB) yang dipimpin oleh Dr. Widyastutik mengkaji empat skenario dengan pendekatan Computational General Equlibrium (CGE) recursive dynamic.
Keempat skenario itu terdiri dari skenario berat, skenario sangat berat, skenario sangat berat dengan dampak pesimis dari pemberian stimulus ekonomi, dan skenario sangat berat dengan dampak optimis dari pemberian stimulus ekonomi.

Keempat skenario tersebut memprediksi dampak terhadap ekonomi melalui indikator makro, indikator sektoral, sektor pertanian, distribusi pendapatan rumah tangga dan dampak pada wilayah produsen dan konsumen pangan.

Baca Juga:  Memahami Peran Krusial Kompetensi Guru Dalam Menghasilkan Sumber Daya Manusia Berkualitas 

Empat skenario yang dikaji dalam model Computational General Equlibrium (CGE) ini, antara lain simulasi menangkap guncangan dari sisi penawaran dan permintaan yang mencakup penurunan produktivitas sektor pertanian, manufaktur dan jasa, risiko jika terjadi fenomena iklim ekstrim seperti El Nino, guncangan permintaan ekspor, stimulus jaringan pengaman sosial, transfer payment serta fenomena migrasi kota ke desa.

Hasil simulasi dari keempat skenario tersebut menunjukkan, kemungkinan penurunan ekonomi yang cukup berat dibandingkan beberapa tahun sebelumnya.
Stimulus ekonomi berupa bantuan sosial (bansos) khususnya untuk masyarakat di pedesaan diperlukan dalam jangka pendek untuk menahan kemungkinan penurunan ekonomi makro, sektoral dan dampak terhadap rumah tangga.

Stimulus ekonomi di pedesaan sangat diperlukan untuk menyelamatkan sektor yang bergerak khususnya pangan. Sektor pangan selain memenuhi kebutuhan akhir (final demand) bagi rumah tangga juga menjadi input bagi sektor lainnya dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) yang bergerak di bidang makanan olahan.

Urgensi kebijakan untuk memprioritaskan logistik bahan pangan lebih dari 70 persen sangat diperlukan. Jaminan ketersediaan input pertanian seperti pupuk, obat-obatan dan sarana prasarana pertanian juga sangat diperlukan untuk menjamin operasional sektor pertanian.
Kebijakan Bansos, relaksasi kredit, subsidi bunga kredit untuk input di sektor pertanian menjadi salah satu pilihan kebijakan bagi pemerintah Inovasi dalam produksi pertanian berbasis digital merupakan alternatif pilihan ketika diterapkan physical distancing seperti greenhouse maupun open field.

Pada sektor peternakan dan perikanan, kebijakan yang dapat dilakukan adalah bantuan pakan ternak, alat tangkap dan sarana dan prasarana perikanan. Inovasi berbasis digital juga dapat dilakukan dalam pemasaran baik untuk sektor pertanian maupun UMKM olahan makanan lainnya.
Selain itu sektor tanaman pangan ini juga menjadi basis bagi penyerapan tenaga kerja.

Baca Juga:  Etika Pancasila Dalam Kaum Milenial 

Dalam upaya menjaga ketersediaan stok pangan agar pemerintah memanfaatkan semua potensi yang ada diantaranya memanfaatkan lahan pekarangan rumah, lahan pasang surut dan lahan tidak produktif.
Selanjutnya memberikan stimulus yang lebih jelas dan efektif yakni memberikan benih dan pupuk bagi petani.
Skenario yang dapat dilakukan untuk menyerap tenaga kerja adalah menumbuhkan sektor pertanian di desa dengan menggunakan inovasi dan teknologi padat karya, melakukan pengolahan dan prosesing untuk menambah nilai tambah di setiap komoditas.

Terdapat banyak sektor yang dapat dijadikan tumpuan untuk menghidupkan sektor lainnya. Rektor IPB University, Prof Dr Arif Satria menyatakan pada prinsipnya IPB University mendorong agar kebijakan yang ada di Indonesia diambil dengan akurat, tepat, efektif sekaligus memberikan solusi.
Hasil-hasil riset tersebut menyebutkan efektivitas stimulus ekonomi akan menjadi kunci sejauh mana Indonesia akan pulih atau tidak dari krisis ini. Berkat kolaborasi dari perguruan tinggi, pemerintah dan para pengusaha akan terwujud pemulihan dan lebih penting lagi harus selamatkan desa sebagai sebagai tumpuan hidup masyarakat Indonesia.

Penulis : Rostiana
(Mahasiswa Fakultas Ekonomi UNSA)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *